Rabu, 12 Februari 2014
proses ilmiah ingatan manusia
Bagai manakah proses ingatan pada manusia ?
Kerja otak adalah misteri terbesar yang Allah Swt. anugerahkan
dalam hidup kita. Secara hipotetikal, prinsip kerja otak dapat
digambarkan sebagai suatu sistem rumit yang melibatkan setiap
tingkatan dalam struktur kehidupan. Dalam bentuk apakah ingatan
disimpan?
Pendapat pertama menyatakan bahwa kemungkinan yang paling
realistis adalah dalam bentuk bit yang tercipta dari proses polarisasi
bolak-balik (antara kutub positif dan negatif ). Proses pengutuban ini
memerlukan adanya partikel (besi dan yang sejenis) untuk dimagnetisasi
melalui suatu kumparan (listrik) pemicu medan (akselerator dan
pengarah partikel). Karena data yang disimpan dalam bentuk satuan
bit adalah data biner, 1 dan 0 atau “ya” dan “tidak”, (contoh nyata
fitrah berpasangan), untuk menyatakan “1” dibuatlah dua lintasan
penkutuban, di mana satu dan lainnya berlawanan arah. Hal ini terjadi
karena adanya pembalikan arus pada kumparan. Sedangkan, proses
untuk menyimpan bilangan “0” dilakukan dengan membuat dua
lintasan searah (satu kutub).
Data yang menunjang hipotesis ini adalah hasil penelitian Dr.
Kirschvink dari Caltech yang menemukan partikel magnetite (mineral
campuran feri-fero oksida, Fe3O4, dan bijih besi) sebanyak tujuh miliar
tersebar di otak manusia. Proses magnetisasi partikel dapat terjadi
melalui perambatan potensial aksi dari jaringan saraf (sensoris) maupun
dari perubahan (de dan repolarisasi) potensial membran istirahat
(perubahan gradien elektrokimia). Dinamika persamaan Nernst dan
hukum Ohm akan mengakibatkan bervariasinya influks K+/Na+.
Pertukaran kedua ion tersebut dapat diikuti oleh ion lainnya yang bisa
menembus membran. Fluktuasi gradien elektrokimia bergantung pada
mekanisme aktivasi yang antara lain diefektori oleh peptida hormon
dan katekolamin.
Peptida adalah sekelompok hormon yang ada di aliran
darah. Terdiri dari rantai asam amino dan berfungsi
sebagai pembawa pesan untuk kondisi tubuh, mood,
pikiran, dan ingatan.
Ikatan antara peptida hormon/katekolamin pada reseptornya akan
meningkatkan influks Ca2+ dan sintesa cAMP. Di mana keberadaan
Ca2+ ataupun K+ akan mempertahankan status tereksitasi (terangsang)
sambil diimbangi pencapaian equilibrium Nernst (potensial aksinya
naik turun). Kondisi ini menjelaskan mengapa memori kita menjadi
sangat kuat (sangat hafal) terhadap suatu hal bila hal tersebut
menyentuh perasaan kita atau pada saat yang bersamaan terjadi hal-hal
lain yang menyentuh perasaan (sentimentil). Hampir setiap orang tidak
bisa melupakan kenangan terindah bersama orang yang dikasihinya.
Potensial aksi yang naik turun rupanya menjadi penulis bit yang baik
dan siap mencatat semua data yang masuk.
Kecintaan kita yang kuat terhadap Allah Swt., misalnya, akan
meningkatkan peptida hormon endorfin, oksitosin, prolaktin, preopioid
melanocortin, dan enkefalin yang pada gilirannya akan mengaktifkan
serotonin. Pada saat yang bersamaan, semua hal dan data yang terkait
dengan peristiwa “jatuh cintanya” kita kepada Allah Swt. akan terekam
dengan baik.
Sementara itu, sebagai pasangan fitrahnya, cAMP bertugas untuk
mereduksi pola eksitatori promemori. Tugasnya tak kalah mulia
karena terkait dengan “pembersihan” dan pemerataan alokasi ruang
penyimpanan memori di otak. Jika kita belajar dan berupaya keras
hanya karena Allah Swt., dengan niat yang lurus dan kuat tersebut,
cAMP akan terurai oleh kompleks Ca2+/K+ kalmodulin (melalui aktivasi
enzim fosfodiesterase) sehingga otak bisa terus merekam dengan baik.
Akan tetapi, hipotesis pertama memiliki kelemahan pembuktian
pada sebaran serta kapasitas partikel magnitite selaku partikel
penkutuban. Untuk itu, penulis mengembangkan hipotesis kedua
tentang metode penulisan bit di otak. Dengan mengacu pada empat
gaya dasar semesta (gravitasi, elektromagnetik, nuklir kuat, dan
subatomik lemah).
Penulis berasumsi bahwa partikel magnetik yang terlibat dalam
proses penkutuban dapat diperankan oleh partikel subatomik seperti
Meson dalam perpindahan trans nukleus ataupun Gluon dalam
perpindahan antar-Quark dalam netron dan proton. Perpindahan
partikel subatomik yang mengikuti alur diagram generik dari Feynman
dapat diasumsikan seperti terintervensinya suatu kelompok awan foton
maya sehingga menghasilkan suatu besaran energi yang bisa diamati
(misalnya, sinar X). Pada mekanisme memori, sekumpulan awan foton
maya yang ditembak partikel akselerator (kemungkinan berasal dari
potensial membran) akan menjadi penulis bit. Untuk merancang
bahasa biner (1 dan 0), dirancanglah proses pascadepolarisasi (After
Depolaryzation/ADP). Jika hipotesis ini menjadi acuan, sumber dari
partikel yang akan terlibat dalam proses penkutuban dapat diambil dari
struktur makromolekul protein (gugus berujung –NH/amin). Dengan
demikian, proses penulisan bahasa biner/bit pada sel neuron dapat
terjadi melalui suatu konformasi bentuk dan fungsi protein intraseluler.
Hipotesis ini ditunjang oleh hasil penelitian tentang cAMP Responses
Element Binding Protein (CREBP). CREBP bertugas untuk men-set up
kembali protein-protein memori ke konformasi semula (kosong).
Inilah yang disebut mekanisme penghapusan memori (proses lupa).
Subhanallah, tanpa adanya proses lupa ini bisa dibayangkan betapa
menderita dan tertekannya hidup seorang manusia. Karakterisasi
gelombang otak pun (alfa sampai tetha) dapat menjadi bukti adanya
perubahan sifat pada awan foton maya akibat terjadinya stimulus yang
bersifat dinamis.
Perubahan pada karakter amatan dapat pula diartikan sebagai
petunjuk akan adanya perpindahan berbagai unsur subatomik yang
senantiasa mencari bentuk keseimbangan baru (bertasbih).
Hipotesis pembentukan memori dan kecerdasan di tingkat
subatomik (meson dan gluon) akan membuka wacana bahwa memori
dan kecerdasan tidak saja bisa tersimpan dan berlaku di sel neuron,
melainkan di seluruh sel-sel tubuh manusia. Berbagai perubahan dan
rangsangan yang diterima oleh setiap sel kita (sesuai dengan hukum
Newton III/aksi-reaksi dan hukum kekekalan energi) akan dapat
diamati sepanjang proses yang berjalan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah Swt. dalam surah Fushshilat ayat 21, di mana kelak kulit akan
berbicara. Subhanallah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar