Harta karun nazi di indonesia?
Cerita perkebunan teh Cikopo Bogor tinggal cerita. Dulu dari kawasan Mega Mendung ini dihasilkan teh kualitas terbaik yang diekspor ke Eropa.
Perkebunan teh seluas 900 hektare ini milik Emil dan Theodor Hellferich, dua orang Jerman. Mereka membelinya tahun 1914.
Perkebunan teh di kaki Gunung Pangrango ini juga jadi saksi bisu aktivitas tentara Jerman dan Nazi di Bogor. Para awak kapal selam U-Boat menjadikan perkebunan teh Cikopo sebagai tempat peristirahatan. Pengelola kebun teh sangat memanjakan para awak kapal U-Boat dengan makanan enak.
Tahun 1940 Jerman menguasai Belanda. Sebagai balasan, pemerintah Belanda di Hindia menangkapi orang-orang Jerman di sini. Termasuk orang-orang Jerman di perkebunan Cikopo.
Rupanya ada cerita menarik selain makam tentara Jerman di kaki Gunung Pangrango ini.
"Saya ingat ada cerita sebelum pergi orang-orang Jerman itu mengubur emas dan harta. Diletakan di dekat pohon jeruk," kata Munir (75), seorang warga Cikopo.
Munir lahir dan besar di perkebunan Cikopo. Ayahnya buruh perkebunan teh, ibunya pembantu para bos perkebunan.
Menurut Munir harta karun itu tak pernah terungkap. Dia tidak mengetahui apa pernah ditemukan atau tidak. Informasi yang dikumpulkan, lokasi harta karun itu tak begitu jauh dari makam para tentara Jerman.
"Dulu ditanam di dekat kantor Jerman di sini. Dulu ada yang pernah cari dengan alat, tapi tidak ketemu," kata Munir.
Dia menduga jika benar ada, harta karun itu cukup banyak. Kebun Teh Cikopo dulu perkebunan besar dengan ratusan buruh dan pabrik pengolahan sendiri. Keuntungan perkebunan pun cukup besar.
Kini tak ada yang tersisa di perkebunan teh Cikopo. Seandainya makam pahlawan tentara Jerman tak diurus oleh Kedutaan Besar Jerman, pasti akan hilang juga.
Tak ada sepucuk pohon teh yang tersisa di sini. Semua lahan sudah dikuasai orang Jakarta. Dibuat vila atau ditanami palawija.
"Kalau orang sini cuma dibayar buat jaga aja," kata Munir.
Perkebunan ini pernah dikuasai Jerman, lalu Belanda, lalu Jepang. Dikembalikan lagi oleh Jepang pada Jerman dan akhirnya dinasionalisasi. Kebun teh ini dijarah tahun 1998 oleh warga dan dikapling-kapling. Namun karena tak ada uang, mereka menjual hak garap ini pada orang-orang kaya dari Jakarta.
Mereka tak pernah menjadi tuan di tanah kelahiran mereka sendiri.
Sumber: Merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar